MENGAPA YESUS MEMBASUH KAKI?

 


          Menanggapi protes saudara Kristen ini, saya pun menyampaikan perasaan hati saya dengan ungkapan satu kata “muak.” Ya, saya muak dengan penggunaan simbol-simbol Kristen untuk mempromosikan status dan tingkat kerohanian seorang Kristen terhadap Kristen lainnya. Saya setuju dengan ungkapan protes teman tadi namun memperhalus dengan istilah “salah menafsir Firman Allah.” Mengapa Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya?
     
  Pernahkah anda mendengar istilah “memperkosa Firman Allah?.” Seorang teman menyampaikan protesnya tentang khotbah yang baru saja kami dengarkan dalam ibadah minggu. Dalam khotbah tersebut secara berulang kali pengkhotbah mengungkapkan “niat baiknya” bahwa  suatu saat nanti, ia akan membasuh kaki majelis dan jemaat sambil menghubungkan tindakan itu dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap murid-murid-Nya.

      Berikut adalah arti dari peristiwa pembasuhan kaki seperti yang diceritakan dalam Injil Yohanes 13 : 13-17.
"13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14  Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 16  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17  Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya."

     Sekali lagi, Mengapa Yesus membasuh kaki? Pertama; Yesus menunjukkan teladan pelayanan. Pembasuhan kaki adalah teladan untuk saling melayani seperti yang disebutkan dalam ayat 13-15 dan bukan untuk menunjukkan tinggi rendahnya status atau tingkat rohani seseorang. Pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dari pihak yang melayani terhadap pihak yang dilayani. Yesus ingin agar setiap Kristen berusaha saling melihat kebutuhan saudara seimannya dan saling mencukupkan kebutuhan tersebut. Kedua; Yesus mengajarkan kesetaraan status rohani Kristen dihadapan Allah. Pembasuhan kaki adalah pengajaran tentang kesetaraan rohani dalam iman kristen. Ketika saling melayani terjadi; setiap Kristen harus hidup secara jujur dan apa adanya terhadap saudara seimannya sehingga kelihatanlah kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan untuk saling mencukupi satu terhadap yang lain.

   Alkitab tidak mengajarkan tentang pengkultusan karena pengkultusan adalah sikap menganggap seorang pemimpin Kristen sebagai seorang yang lebih terhormat, lebih rohani dan lebih diberkati Tuhan dari Kristen lainnya. Orang Kristen tidak menghormati seorang pemimpin/pengkhotbah karena kualitas kepemimpinannya, kualitas khotbahnya atau karunia-karunia rohani yang dimilikinya. Seorang pemimpin dihormati dan dihargai karena Firman Allah memberi perintah kepada Kristen untuk menghormati pemimpin mereka.

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. (Ibrani 13:7)
Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibrani 13:17)

Inti teladan dan pengajaran dari pembasuhan kaki diatas ialah kerendahan hati. Kristen tidak boleh terikat kepada simbol-simbol sebaliknya Kristen harus hidup dalam perenungan dan tindakan-tindakan nyata. Jika seorang pengkhotbah tidak menerapkan kerendahan hati dalam penyelesaian masalah, ia harus secara sadar dan rela untuk tidak berkhotbah. Jikalau ia memaksakan diri untuk tetap berkhotbah tentang kerendahan hati maka, ia sedang “memperkosa Firman Allah” akibatnya para pendengar yang memiliki akal sehat dan kewarasan rohani akan “muak.”

Mengapa menggunakan istilah “memperkosa?” karena seorang pelaku pemerkosaan adalah orang yang memaksa untuk memuaskan hawa nafsunya menggunakan media tubuh korban perkosaan tadi. Jika seorang pengkhotbah menafsirkan Firman Tuhan seenaknya, untuk kepentingan pribadinya dan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Firman itu maka ia adalah pelaku pemerkosaan dan korbannya adalah Firman Allah.

Jika seorang pemimpin Kristen tidak lagi menghormati Firman Allah maka, ia telah kehilangan hormat dari Allah. Kristen tidak diajarkan untuk menolak atau membenci pemimpinnya, tetapi Yesus memperingatkan Kristen bagaimana bersikap terhadap pemimpin Kristen yang serupa itu:

"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (Matius 23:2-3)

Demikianlah akhirnya saya dan teman tadi menyadari bahwa pengkhotbah yang suka memperkosa Firman Allah hanya menunggu waktu-Nya Tuhan untuk menuai apa yang ia tabur. Bahkan setiap Kristen termasuk teman yang mengungkapkan protes dan saya yang merasa “muak” juga akan menuai apa yang kami tabur. Kami hanya berdoa agar Tuhan menjaga motivasi hati kami agar tetap benar dihadapan-Nya. AK